Dakwah Lapangan di KB Mall

Alhamdulillah, ana baru sahaja selesai ikut program dakwah lapangan di KB MALL. Program ni dianjurkan secara individu tanpa ada pertubuhan yang menganjurkannya. Program "Sayengi Sek-Sek Kito", tu lah programnya. Program ini di adakan oleh Akh Zhafri dan Akh Zafran.

Yang menyedihkan, hanya 18 muslimin dan 6 orang muslimat je yang join program ni. Tapi, tak mengapa. Yang penting kualilit, bukannya kuantiti.

Kami sanggup lakukan apa sahaja demi menegakkan syiar Islam di bumu Allah ini. Kami tak dapat apa-apa, cuma pahala je. Habis duit, tenaga dan masa ada lah. tapi, kami rela.

Ana pula sanggup naik bas dari Machang ke Kota Bharu untuk berdakwah. Bersama sahabat ana, Fatihe. Biasanya ana nak motosikal je, tapi kali ni nakik bas. Faham2 lah, bagaimana kalau tak biasa naik bas.

Sebelum ini ana hanya sebar kan agama melalui ceramah, tulisan (risalah), tapi semua ni kata Imam Hassan Al-Banna, adalah orang yang bodoh. Kita perlu turun lapangan, untuk berdakwah, melalui pengamalan/ perbuatan, baru betul berdakwah.

Nabi pernah bersabda, Sampaikanlah daripadaku walau satu ayat (peringatan). Jadi, Islam ini bukan sendiri2, tapi wajib di sebarkan kepada orang lain.

Ana tak ingat nak ambil gambar, jadi tiada gambar lah untuk ana letak dalam ruangan ni.

JIHAD FI SABILILLAH!!!

Risalah Untuk Para Ikhwah Yang Berada Di Balik Jeruji Besi (Penjara)

Risalah Mursyid

11/12/2008 | 12 Dhul-Hijjah 1429 H | 782 views
Oleh: Al-Ikhwan.net

Ikhwah al-ahbab (yang tercinta)
Tahiyyah dari Allah yang penuh berkah dan kebaikan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Selanjutnya..
Telah berlalu dua tahun lamanya Antum sekalian berada dalam kurungan seperti seekor singa yang di berada di balik besi.. walaupun Antum semua bukanlah seekor singa.. namun singa dari jenis khusus.. singa pembawa risalah samawiyah dan pengemban agama rabbani.. singa yang tidak mengenal putus asa seperti hati-hati mereka; kaki mereka berpijak di bumi namun angan-angan dan cita-cita mereka tinggi menyentuh langit.. sehingga tidak mendapatkan sedikit pun apa yang mereka azamkan, dan tidak memberikan pengaruh terhadap berbagai macam ujian dan cobaan…
Antum seperti yang kami kenal sudah memahami betul akan keteguhan suatu kehendak, kejujuran suatu azimah, cita-cita yang tinggi, hati yang bersih, jiwa yang ridha (pasrah) kepada Allah, dan keteguhan yang semakin kuat serta keimanan yang semakin tangguh…
Ikhwah al-ahbab…
Orang yang memiliki hati keras dan hati yang lembut pun mengetahui bahwa antum adalah sosok yang terdapat pada diri kalian inti dari sebuah dakwah… berani berkorbankan untuknya dengan ruh-ruh kalian, mempertaruhkan harta kalian miliki di jalannya, sementara berbagai hukum militer dan penjara merupakan harga mahal yang harus kalian bayar seperti halnya para mujahid dan para duat yang ikhlas berjuang untuk meninggikan bendera kebenaran, keadilan dan kemerdekaan, khususnya dalam menghadapi penguasa diktator dan melintasi jalan yang penuh onak dan duri yang tidak hanya ditujukan pada kalian sendiri namun juga kepada bangsa dan umat Islam secara keseluruhan; mereka mengintimidasi, menakut-nakuti dan membuat teror..
Ikhwah al-Ahbab…
Sesungguhnya dakwah kalian merupakan cermin akhlak mulia dan iman yang kokoh yang harus terus dipertahankan, diperkokoh dan dijadikan imunitas, sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kenyamanan dan ketenteraman pada masyarakat, tidak ada perang atasnya atau penghalang terhadapnya kecuali hanya merupakan usaha yang akan menghancurkan seluruh nilai-nilai ini.
Kalian wahai pemilik proyek kebangkitan Islam bukan hanya milik bangsa tertentu saja, namun kalian milik umat seluruhnya, dari sinilah muncul pertentangan dan permusuhan dengan segala kekuatan yang berusaha menundukkan umat, melemahkan keinginan dan menghancurkan keistimewaan tsaqafahnya.
Iedul Adha hadir pada hari-hari ini, sementara Antum berada jauh dengan jasad kami namun kalian tetap dekat di hati dan ruh kami, tidak ada yang dapat menghalangi kita sekalipun penjara para thughat dan zhalimin memasung kebebasan kalian, karena ukhuwah Islamiyah menyatukan kita dan persahabatan atas dasar iman merapatkan jiwa-jiwa kita, wirid rabithah pada waktu sore menyatukan ruh dan jiwa kita sementara wirid pagi hari memperkokoh hubungan kita.
Saya katakan kepada mereka tidak akan terkalahkan dakwah yang terdapat di dalamnya jiwa-jiwa seperti kalian, kalian adalah orang-orang yang sabar, teguh, tegar dan memiliki keimanan yang kokoh.. inilah bekal menuju kemenangan dan kepemimpinan… semoga Allah menjadikan jihad kalian sebagai timbangan kebaikan, melapangkan dada kalian, memperteguh hati-hati kalian serta menganugerahkan nikmat berupa kesehatan dan kekuatan, Allah ridha kepada kalian dan kalian ridha kepada Allah, memberikan ganjaran berupa kemenangan yang dekat, dan menjadikan kalian pemilik kebahagiaan di dunia dan di akhirat, serta kalian dapat kembali berkumpul dengan istri-istri kalian, bapak-bapak kalian dalam meraih kemenangan, dan dalam keadaan selamat insya Allah
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (Huud:123)
Terimalah tahiyah dan tahniah kami pada hari iedul adha yang penuh berkah ini dengan penuh keikhlasan, semoga Allah mengembalikan kepada kalian, kita dan umat seluruhnya kebaikan, kemuliaan dan keperkasaan serta kejayaan Islam.
Dan akhir dari doa kami adalah bahwa segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam
Muhammad Mahdi Akif
Mursyid am Al-Ikhwan Al-Muslimun
Cairo, 6 Zulhijjah 1429 H/ 4 Desember 2008

Program "Sayengi Sek-sek Kito"

Program "Sayengi Sek-sek Kito"

Anjuran: Segolongan anak muda sayangkan umat
Tarikh: 15/12/09 (Selasa)
Tempat: KB Mall (akan dimaklumkan semula atas
kemalangan yang berlaku semalam)
Keperluan: Anak-anak muda yang berani
menyahut cabaran ummah
Masa: 0800 - 1400


Objektif:
  1. Memberi pendedahan kepada para penggerak dakwah tentang aktiviti dakwah di lapangan yang melibatkan masyarakat yang pelbagai karenah.
  2. Mendekatkan masyarakat dengan para penggerak dakwah dan mendekatkan para penggerak dakwah dengan masyarakat.
  3. Menonjolkan keprihatinan segolongan generasi muda terhadap isu-isu sosial yang berlaku dalam masyarakat terutamanya melibatkan generasi muda.
  4. Memberi pengalaman baru kepada para peserta dalam mengaplikasikan ilmu agama yang dimiliki dalam membantu menggerakkan ummah yang kian lena.
Pendekatan:
  1. Berbual-bual tentang perkara-perkara santai dengan para mad'u (golongan sasaran)
  2. Mengedarkan risalah -risalah santai berkaitan beberapa isu seperti gejala sosial, aurat dan sebagainya.
  3. Mengedarkan borang kaji selidik berkaitan isu-isu remaja kepada mad'u.
  4. Menonjolkan akhlak Islamiyah dari sudut pemakaian, tutur kata, bahasa badan dan pemikiran.
Golongan Sasaran:

Semua lapisan masyarakat

Keperluan:
  1. Keikhlasan kerana Allah
  2. Kefahaman tentang Islam
  3. Keberanian
  4. Perasaan sayang akan ummah
Berminat?:

Keterangan lanjut dan pendaftaran. Sila hubungi:

Akh Zhafri : 019-4554508 (Muslimin)
Ukht Afifah : 013-6104964 (Muslimat)

ADAKAH KAU LUPA??!!

Adakah kita lupa akan kegemilangan empayar Islam suatu ketika dahulu?? Ingatlah!!

Untuk menonton, mengamati dan menghayati kegemilangan empayar Islam, klik disini sekarang!

ALHAMDULILLAH

Alhamdulillah. Ana baru sahaja selesai menduduki peperiksaan STPM hari khamis lepas. Keesokannya pula, ana menyertai KEM BERSAMA MAHASISWA anjuran Kelab Remaja JIM-Jemaah Islah Malaysia. Memang letih la juga. Baru je tamat 'exam', ana kena sertai program itu, bertindak sebagai fasilitator dan juga peserta.

Boleh juga dikatakan, walaupun musim cuti, tapi ana tak cuti. Hehehe......

Teladan Khulafa' Ar- Rasyidin


Pada masa Khulafa' Rasyidin, para sahabat Rasulullah saw dan para tabi'in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu Bakar As-Siddiq radhiallahu'anhu dan Umar bin Khatab radhiallahu'anhu termasuk orang yang gigih berlomba-lomba dalam amal kebaikan yang mulia ini, yang pelakunya mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat.

Saidina Abu Bakar r.a.

Peristiwa ini terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Siddiq radhiallahu'anhu. Pada saat itu Umar mengamati apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, lalu dia melakukan dua kali lipatnya sehingga dia mendapatkan kebaikan dan mendahului Abu Bakar ke tingkat Surga tertinggi.
           Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar As-Siddiq di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.

Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar As-Siddiq tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya disitu.

Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapakan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar r.a.

Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku” Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku”
Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata, Dia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu wahai Abu Bakar”

Saidina Umar bin Khatab r.a.

Amirul Mukminin Umar bin Khatab r.a. menikahi Ummu Kultsum bin Ali r.a.. Suatu hari dia pergi dari rumah untuk mengetahui secara langsung keadaan rakyatnya. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang duduk dengan sedih dan gelisah di pintu masjid. Umar bertanya, “Ada apa denganmu?” laki-laki itu menjawab, “Istriku hampir melahirkan, tetapi kami tidak memiliki apapun dan tidak seorangpun bersamanya.”. Umar menanyakan rumahnya. Lalu dia menunjuk sebuah tenda di pinggiran kota Madinah. Umar pulang menemui istrinya, Ummu Kultsum seraya berkata, “Maukah kamu memperoleh kebaikan yang Allah antarkan kepadamu?” Istrinya bertanya, “Apa itu ya Amiirul Mukminin?” Umar menjelaskan, “Seorang wanita hampir melahirkan dan tidak ada yang menemaninya.” Istrinya menjawab, “Ya.”

Umar lalu mengambil tepung, mentega, dan susu kering. Dia berangkat, diikuti istrinya di belakangnya. Ketika sampai di tenda, Umar berteriak, “Wahai penghuni tenda.” Laki-laki itu keluar. Umar menyuruh istrinya masuk kepada wanita itu, sedangkan ia menyiapakn bejana dengan tepung, mentega dan susu kering. Umar meletakkannya di tungku. Dia meniup apinya dan mengaduk isinya. Apa yang ada di bejana belum juga masak, tetapi telah terdengar tangisan bayi dari dalam tenda yang diikuti suara Ummu Kultsum r.a., “Ya Amirul Mukminin, sampaikan berita gembira kepada temanmu, anaknya laki-laki.” Laki-laki itu terkejut. Dia berkata, “Kami telah merepotkan dan melelahkan Amirul Mukminin.”

Umar berkata, “Tidak apa-apa. Besok pagi datanglah kepada kami. Kami akan memberimu apa yang kamu perlukan untuk keluargamu.” Keesokan harinya laki-laki itu datang. Umar memberinya unta betina dan makanan yang memenuhi punggungnya. Laki-laki itu berbahagia dan berterimakasih kepada Amirul Mukminin r.a.. Begitulah orang besar mencetak sebuah keteladanan.

Dimbil dari “Mausu'ah Qishashis Salaf”, edisi bahasa Indonesia “Ensklopedia Kisah Generasi Salaf” karya Ahmad Salim Baduwailan, penerbit Elba

Kejujuran Seorang Saudagar Permata

Pada suatu hari, seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya kerana ia akan keluar solat. Ketika itu datanglah seorang badwi yang hendak membeli perhiasan di kedai itu. Maka terjadilah jual beli di antara badwi itu dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya tadi.


Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Saudara kepada Yunus menunjukkan suatu barang yang sebetulnya harga dua ratus dirham. Barang tersebut dibeli oleh badwi tadi tanpa diminta mengurangkan harganya tadi. Ditengah jalan, dia terserempak dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid lalu bertanya kepada si badwi yang membawa barang perhiasan yang dibeli dari kedainya tadi. Sememangnya dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Saudagar Yunus bertanya kepada badwi itu, "Berapakah harga barang ini kamu beli?"

Badwi itu menjawab, "Empat ratus dirham."

"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham saja. Mari ke kedai saya supaya saya dapat kembalikan wang selebihnya kepada saudara." Kata saudagar Yunus lagi.

"Biarlah, ia tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham."

Tetapi saudagar Yunus itu tidak mahu melepaskan badwi itu pergi. Didesaknya juga agar badwi tersebut balik ke kedainya dan bila tiba dikembalikan wang baki kepada badwi itu. Setelah badwi itu beredar, berkatalah saudagar Yunus kepada saudaranya, "Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali ganda?" Marah saudagar Yunus lagi.

"Tetapi dia sendiri yang mahu membelinya dengan harga empat ratus dirham." Saudaranya cuba mempertahankan bahawa dia dipihak yang benar.

Kata saudagar Yunus lagi, "Ya, tetapi di atas belakang kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri."

Jika kisah ini dapat dijadikan teladan bagi peniaga-peniaga kita yang beriman, amatlah tepat. Kerana ini menunjukkan peribadi seorang peniaga yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram kerana tidak ada penipuan dalam perniagaan.

Dalam hal ini Rasulullah S.A.W bersabda, "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas dan memberi rezeki dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau dihargai." (Diriwayat lima imam kecuali imam Nasa'i)

Tahan Lapar Hormat Tetamu

        Seorang telah datang menemui Rasulullah S.A.W dan telah menceritakan kepada baginda tentang kelaparan yang dialami olehnya. Kebetulan pada ketika itu baginda tidak mempunyai suatu apa makanan pun pada diri baginda mahupun di rumahnya sendiri untuk diberikan kepada orang itu. Baginda kemudian bertanya kepada para sahabat, "Adakah sesiapa di antara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tetamunya pada malam ini bagi pihak aku ?"

Seorang dari kaum Ansar telah menyahut, "Wahai Rasulullah S.A.W, saya sanggup melakukan seperti kehendak tuan itu."

Orang Ansar itu pun telah membawa orang tadi ke rumahnya dan menerangkan pula kepada isterinya seraya berkata, "Lihatlah bahawa orang ini ialah tetamu Rasulullah S.A.W. Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikut segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan semasa melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita."

Lalu isterinya menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya daku tidak ada menyimpan sebarang makanan pun, yang ada cuma sedikit, itu hanya mencukupi untuk makanan anak-anak kita di rumah ini ?"

Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dahulu (anak-anaknya) tanpa memberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk berbual-bual dengan tetamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tetamu itu tidak akan ketahui bahawa saya tidak makan bersama-samanya."

Rancangan itu telah berjalan dengan lancarnya dan seluruh keluarga tersebut termasuk kanak-kanak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk membolehkan tetamu itu makan sehingga berasa kenyang. Berikutan dengan peristiwa itu, Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud, "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan." (Al-Hasyr : 9)

Berkualitikah Istighfar kita?

KALIMAH “Astaghfirullahal’azhim” sebenarnya tidak ternilai harganya kepada setiap kita, lebih-lebih lagi yang dosanya menggunung. Tapi, lumrah manusia yang cetek iman, istighfar mereka ada naik turunnya. Berfaedahkah ungkapan istighfar kita andai kita masih mengulangi (tetap) melakukan dosa, tak kira dosa kecil atau dosa besar? Bolehkah istighfar seperti itu?
Mari kita lihat.

PENDAPAT ULAMA’ SULUK
Ulama’ suluk (tasawwuf) berbeza pendapat dalam permasalahan ini. Eloklah kita sama-sama fahami pandangan mereka itu, sekaligus dapat membaca di takat manakah pencapaian rohaniah kita tika ini.
1) Pendapat golongan pertama
Istighfar itu memberi manfaat secara mutlak sekalipun langsung tidak ada keazaman dan taubat.
2) Pendapat golongan kedua
Istighfar itu langsung tiada faedahnya sekalipun disertakan dengan taubat.
3) Pendapat golongan ketiga
Mereka mengambil sikap akan memperincikan persoalan ini. Kata mereka: Istighfar yang diungkapkan oleh lisan akan memberi faedah dan manfaat kepada orang yang beristighfar jika…
disertakan dengan rintihan yang hangat.
disertakan permintaan yang tulus.
disertakan sikap merendah diri.
disertakan perasaan yang sangat mengharapkan keampunan pada masa hadapan.
memohon kepada Allah selayak seorang fakir kepada Tuannya yang Kaya.
berasakan diri sebagai makhluk yang lemah kepada Penciptanya yang Maha Gagah.
berasakan diri amat kerdil di hadapan Tuhannya yang Maha Besar.
Insya Allah, andai perasaan-perasaan tersebut tercetus dan berlaku dalam istighfar seseorang, maka tidak wajarlah istighfarnya itu disia-siakan.

ISTIGHFAR YANG AFDAL
Banyak sekali ayat al-Quran dan al-hadis menyatakan hujah-hujah yang tuntas dalam menjelaskan permasalahan ini.
Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali sendiri berpendapat: “Istighfar dengan lidah juga dikira sebagai kebaikan sekalipun lidah tersebut menuturkannya tanpa sedar. Ia adalah lebih baik daripada percakapan lidah tentang keaiban orang ataupun terlebih cakap.”
Apabila cakap sudah terlebih, maka terlebihlah jadinya. Yelah, berapa banyak masa kita yang terbuang begitu saja dengan kata-kata yang sia-sia apalagi kata-kata yang berbaur umpatan terhadap seseorang? Hairannya, kita tak pernah rasa risau tentang itu, walaupun tahu mati itu datangnya tiba-tiba. Sayyidina Umar r.a. berkata, “Sesiapa banyak cakapnya, maka banyaklah salahnya. Sesiapa yang banyak salahnya, maka sedikitlah sifat malunya. Sesiapa yang sedikit sifat malunya, maka sedikitlah sifat waraknya dan sesiapa yang sedikit sifat waraknya, maka telah matilah hatinya.”
Maka, kelebihan istighfar ini nyata nampak jika dibandingkan dengan duduk diam semata-mata. Namun, jika dibandingkan pula dengan istighfar yang disertai dengan gerak hati, maka kuranglah nilainya kerana istighfar dengan gerak hatilah yang lebih afdhal.
As Syeikh Abu Usman Al-Maghribi rahimahullah nyata sependapat dengan Imam al-Ghazali tatkala beliau menjawab satu pertanyaan yang diajukan kepadanya. “Lidahku bergerak dengan zikrullah dan membaca ayat-ayat suci al-Quran sedangkan hatiku lalai, maka bagaimana?”
“Bersyukurlah kamu kepada Allah kerana telah menyalurkan anggota-anggota kamu kepada kebaikan, membiasakannya dengan berzikir dan tidak menyalurkannya kepada kejahatan serta membiasakannya dengan percakapan yang berlebihan.”

JANJI ALLAH SWT
Apa yang kita yakinkan ialah betapa Allah swt sekali-kali tidak akan mensia-siakan sesuatu amalan baik yang dilakukan hamba-Nya kerana itu janji Yang Esa. Firman Allah: “Sesungguhnya Kami tidak akan mensia-siakan pahala orang-orng yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.” (Al-Kahfi: 30)
Firman Allah lagi: “Sesiapa yang melakukan seberat biji sawi kebaikan, nescaya dia akan melihatnya (pada hari akhirat).” (Az-Zalzalah: 7)
Berikutnya di dalam surah An-Nisa ayat 40, Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak menganiayai seseorang walaupun sebesar zarah. Dan jika ada kebaikan sebesar zarah, nescaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisinya pahala yang besar.”
Maka, istighfar yang telah kita bincangkan ini ialah suatu amalan dan bukankah amalan itu dikira kebaikan?
Manakala hadis yang diriwayat oleh Ibn Abid Dunya dan Al-Baihaqi di dalam kitab Syua’abul Iman dari Ibni Abbas r.a. secara maksudnya: “Orang yang memohon keampunan dari dosa (sedangkan dia tetap melakukannya), dia adalah umpama seorang yang mempermainkan Tuhannya.” Hadis ini berkedudukan daif. Sanad hadis ini sebenarnya tidak sampai kepada Rasulullah s.a.w. secara marfu’ sebaliknya hanya sampai kepada Ibnu Abbas r.a. secara mauquf (hadis yang disandarkan pada Sahabat). Jadi, ia bukanlah sebenarnya hadis Nabawi seperti yang disangkakan oleh umum.
Demikian juga kata-kata waliyullah, Rabii’atul Adawiyyah: “Istighfar kita memerlukan kepada istighfar yang banyak.” Pun begitu, janganlah kita menyangkakan yang beliau langsung tidak bersetuju dengan gerakan lidah kerana berzikrullah. Kata-kata beliau itu sebenarnya ditujukan kepada orang-orang yang lalai hatinya di kala beristighfar. Jadi mereka memerlukan istighfar terhadap kelalaian hati mereka, bukannya terhadap gerakan lidah mereka. Walhal, orang yang berdiam diri tanpa menuturkan sebarang istighfar juga sangat memerlukan kepada dua kali istighfar, bukannya sekali.
Justeru, permulaan istighfar seseorang hamba sekalipun dengan semata-mata gerakan lidah, janganlah dipandang kecil dan sia-sia. Imam Jaafar bin Sadiq pernah berkata: “Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara -
Allah menyembunyikan keredhaan-Nya di dalam ketaatan kepada-Nya, maka janganlah kamu menghinanya, maka boleh jadi keredhaan-Nya terdapat di dalamnya.
Allah menyembunyikan kemurkaan-Nya di dalam penderhakaan terhadap-Nya. Maka, janganlah kamu memandang ringan terhadapnya. Boleh jadi kemurkaan terdapat padanya.
Allah menyembunyikan wali-wali-Nya di kalangan hamba-hamba-Nya. Maka janganlah kamu menghina seorang pun dari kalangan hamba-hamba Allah. Boleh jadi wali Allah terdapat di kalangan mereka.”
Pun begitu, kita hendaklah berusaha memburu istighfar yang paling tinggi nilai kualitinya di sisi Allah!
Wallahu a’alam.

Pengertian MLM

Secara umum ‘Multi Level Marketing' adalah suatu cara perniagaan alternatif yang berkaitan dengan pemasaran yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah ‘Upline' (tingkat atas) dan ‘Downline' (tingakt bawah), orang akan disebut ‘Upline' jika mempunyai ‘Downline'. Pokok utama dari perniagaan MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, sama ada yang bersifat ‘vertikal' atas bawah mahupun ‘horizontal kiri kanan' ataupun gabungan antara keduanya. (Lihat All About MLM oleh Benny Santoso hal: 28, Hukum Syara MLM oleh Hafidz Abd Rahman, MA)Bentuk MLM yang Haram atau syubhatAda beberapa bentuk sistem MLM yang jelas keharamannya atau keraguannya, iaitu apabila ia menggunakan sistem berikut :
1) Harga tinggi dari biasa : Menjual produk yang diperjualbelikan dalam sistem MLM dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga biasa, ia adalah amat tidak digalakkan menurut Islam malah menurut sebahagian ulama, aqad seperti ini adalah terbatal. Tatkala itu, ia digelar ‘Gabhnun Fahisyh' menurut istilah ulama Fiqh. Hukum jualan secara ‘Ghabnun Fahisy' ini diperbezakan oleh ulama antara harus, makruh dan haram. (Durar al-Hukkam Fi Syarh Majallah al-Ahkam, klausa no 356, hlm 369). Bagaimana Nabi SAW pernah mengisyaratkannya sebagai suatu kezaliman jika berlaku kepada orang yang tidak mengetahui selok belok harga barang. (Al-Qawaid, Ibn Rusyd, hlm 601) Bagaimanapun perlu diingat, dalam satu MLM mungkin terdapat 3 atau 4 unsur syubhat dan haram yang akan saya sebutkan. Ini tidaklah bermakna saya mengatakan MLM haram hanya kerana adanya unsur "Harga Lebih Tinggi dari Biasa" , ia cuma salah satu unsur yang perlu disemak dan boleh memburukkan lagi hukum sesuatu MLM sehingga boleh jatuh tahap haram kerana penipuan dalam keadaan tertentu yang lain.Apa yang ingin saya nyatakan ‘Ghabnun' di sini adalah yang dibuat dalam bentuk penipuan harga kepada orang awam, iaitu harga yang sengaja dinaikkan kerana merangkumkan yuran penyertaan dalam system priamid. Sebagai contoh saya pernah ‘terpaksa' membeli sebuah produk MLM. Oleh kerana tukang jual MLM ini amat sukar beralah, dan saya ingin ia cepat menamatkan kempenanannya dengan adab, lalu saya belilah satu produknya yang termurah, iaitu sebiji bantal yang dikatakan sangat hebat, harganya mencecah RM300 sebiji. Inilah namanya 'Ghabnun', sedangkan bantal tersebut rupa-rupanya langsung tiada istimewanya setelah digunakan. Maka jelas harganya dinaikkan kerana penyertaan sebagai ahli dan masuk dalam sistem. Tapi saya senyapkan saja keahlian dan langsung tidak bergerak, membeli hanya kerana kasihan dengan si penjual yang dikenali ini sahaja.Inilah maksud saya mempunyai unsur ‘Ghabnun', mungkin unsur ini tidak cukup kuat untuk menjadikannya haram, tetapi ia salah satu unsur yang memberi kesan kepada aqad, kesan ini apabila ia bergabung dengan unsur-unsur syubhat yang lain, ia boleh menjadi haram.

Sebagai Makluman :Mazhab Hanafi : terbahagi kepada 3 pandangan, iaitu ada ulamanya yang mengatakan ghabnun harus walaupun Fahisyh, kedua : Haram , ketiga : Haram bila ada usnur penipuan sahaja ( Syarh ad-Dur , AL-Haskafi, 2/82 ) Mazhab Maliki : Juga ulama mereka berbagai pandangan : Pertama : Ghabnun Mustrasil samada Yasir atau fahsiyh : Haram ; Kedua : Ghabnun lebih tinggi 1/3 dari harga pasaran biasa tanpa adalah HARAM. ( Al-Qawaid : Ibn Rusyd , hlm 601 ; AL-Qawaid Al-Fiqhiyyah, Ibn Juzay, hlm 294)Mazhab Syafie : Harus hukumnya kecuali pandangan ganjil dari al-Mutawaali yang mengharamkannya . ( Al-Majmu' , 7/500 )Mahzab Hanbali : Ibn Quddamah berkata : "Ghabn Mustarsil adala apabila si pembeli membeli dengan harga yang terkeluar dari harga pasaran ... teruatamanya apabila didesak ( agar tak pergi semak kedai-kedai lain dulu) dan cuba disegerakan oleh penjual " ( Al-Mughni , 4/78 )Justeru, perbincangan panjang tentang 'Ghabn' sebenarnya menunjukkan terdapat jenis 'Ghabn' yang disepakati haramnya oleh ulama, ada yang disepakati halalnya, dan terdapat yang diperbezakan pandangan. Justeru apabila saya sebut 'ghabn' sebagai salah satu sebab boleh jadikan MLM haram, maka ini kerana berkemungkinan jenis yang disepakati haram itu berlaku. Justeru, semasa menulis artikel anda perlu faham target saya. Adakah anda yakin semua jenis 'Ghabn' yang berlaku dalam MLM itu tergolong dari golongan yang harus ?. Jika ye, maka itu pandangan anda , bukan saya. Saya lebih selesa berpandangan ia banyak jenis 'Ghabn' yang berlaku lebih menjurus kepada haram terutamanya apabila hampir semua syarikat-syarikat MLM ini amat mengambil mudah akan hal hukum agama. Jika tidak, pastinya mereka telah mengambil Penasihat Shariah sejak dari awal.
2) Jualan target sebagai syarat komisyen : Selain dari yuran yang wajib dibayar oleh ahli, pada kebiasaannya terdapat syarat yang mewajibkan ahli tersebut mencapai target jualan tertentu bagi melayakkannya mendapat apa jua komsiyen dari hasil jualan orang di bawahnya. Apabila ia gagal mencapai ‘harga target' tersebut maka keahliannya akan hilang atau tiada sebarang komisyen untuknya walaupun orang bawahannya menjual dengan begitu banyak. Semua MLM yang terlibat dengan syarat seperti ini, menyebabkan sistem MLM mereka menjadi bermasalah dari sudut Shariah kerana wujudnya unsur kezaliman terhadap ahli selain wujudnya kewajiban jualan bersyarat dengan syarat yang tidak menyebelahi ahli serta berbentuk penindasan. Seolah-olah pihak syarikat memaksanya dengan mengatakan "Anda mesti membeli atau mengekalkan penjualan peribadi sebanyak RM 500 sebulan bagi membolehkan anda mendapat hak komisyen orang bawahan anda".Pada asasnya, komisyen yang diambil atas usaha menjual (seperti ‘brokerage fee') sesuatu barangan adalah adalah harus menurut Shariah, ia adalah pandangan ulama besar Tabi'en seperti Muhammad Ibn Sirin, ‘Ato' Bin Abi Rabah, Ibrahim an-Nakha'ie dan ramai lagi (Sohih Al-Bukhari ; Al-Musannaf, 5/242 ; Mawahibul Jalil, 4/452 ). Bagaimanapun, komisyen dalam hal MLM dan system piramdi ini boleh bertukar menjadi haram apabila :-* Diikat komisyen jualan rangkaiannya dengan sesuatu jualan olehnya, ia menimbulkan masalah dari sudut Shariah seperti unsur pemaksaan, syarat yang tidak sah dalam perwakilan dan perjudian.* Komisyen datang dari orang bawahan yang langsung tidak dikenalinya kerana sudah terlampau jauh ke bawah. Ini menjadikan orang atasan seolah-olah mendapat untung di atas angina tanpa sebarang kerja dan usaha lagi. Ia juga boleh dikelaskan sebagai broker di atas broker di atas briker di atas broker dan seterusnya. Dalam hal berbilangnya rantaian komsiyen broker ini, menurut perbincangan saya bersama Syeikh Prof. Dr Abd Sattar Abu Ghuddah (Pakar Shariah utama dalam bidang kewangan Islam dunia di Kesatuan Ulama Fiqh Sedunia, AAOIFI, Dow Jones Islamic Index dan lain-lain) ia termasuk dalam konteks memakan harta orang lain dengan bathil selain terdapat unsur judi. Ini adalah kerana ia seolah-olah meletakkan syarat kepada semua orang bawahan samada dengan pengetahuan mereka atau tidak, semua hasil jualan mereka akan diambil sebahagian keuntungannya untuk orang atasnya.* Dari sudut yang lain, terdapat juga keraguan dalam isu pemberian komisyen di atas usaha dan tugas agen (wakil penjual) atau "brokerage" (tukang kempen). Ini kerana sepatutnya komisyen ke atas "brokerage" tidak harus mensyaratkan tukang kempen itu untuk membeli untuk diri sendiri sebagaimana yang berlaku dalam beberapa jenis MLM. Sesetengahnya pula mensyaratkan ‘broker' atau ‘agen' untuk menjual sendiri sebanyak sekian jumlah bagi memperolehi komisyen jualan broker (ahli) di bawahnya. Dengan sebab-sebab ini, hal ‘broker' atau ‘agen' menjadi syubhah dan tidak lagi benar ianya disifatkan sebagai komisyen wakil atau broker yang diterima Islam.
3) Jika ahli berdaftar menyertai MLM dengan yuran tertentu, tetapi tiada sebarang produk untuk diniagakan, perniagaannya hanyalah dengan mencari orang bawahanya (downline), setiap kali ia mendapat ahli baru, maka diberikan beberapa peratus dari yuran ahi tersebut kepadanya. Semakin banyak anggota baru bermakna semakin banyak jualah bonusnya. Ini adalah bentuk riba kerana memperdagangkan sejumlah wang untuk mendapat sejumlah lebih banyak yang lain di masa hadapan. Ia merupakan satu bentu Riba Nasiah dan Riba Al-Fadl. Hal yang sama juga hukumnya bagi perusahaan MLM yang tidak mempunyai produk bersungguh dan berkualiti, sebaliknya produk miliknya hanyalah berupa ruangan laman web yang tidak berfaedah buat kebanyakkan orang, atau apa jua produk yang hanya dijadikan sebagai alasan pembelian. Malah harga sebenar produknya juga adakalanya jauh dari harga yang dijual kepada ahli (sebagai contoh dijual produk web komputer, sedangkan haragnya jauh lebih tinggi dan si ahli pula tidak mempunyai komputer pun). Pada hakikatnya, si ahli bukannya ingin membeli produk itu, tetapi untuk menyertai rangkaian serta memperolehi wang darinya. Ia juga termasuk dalam yang diharamkan. Hal membeli produk tidak benar dengan niat utama memasuki rangkaian dan mendapat untung dari rangkaian ini telah difatwakan haram oleh Majlis Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah Arab Saudi no 15/192-193.4)

Terdapat juga syarikat MLM yang melakukan manipulasi dalam menjual produknya, atau memaksa pembeli untuk menggunakan produknya atau yang dijual adalah barang haram. Maka MLM tersebut jelas keharamannya. Namun tidak semua MLM begini, cuma sebahagianya sahaja.5) Terdapat juga unsur mirip "shafqatayn fi shafqah", atau bay'atayn fi bay'ah, (iaitu dua aqad jenis jual beli dalam satu) yang dilarang oleh Baginda SAW dengan pelbagai lafaz antaranya : "نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صفقتين في صفقة واحدةErtinya : "Rasulullah SAW melarang dari membuat dua belian (aqad) dalam satu aqad" ( Riwayat Ahmad, Al-Bazzar ; Al-Haithami : perawi Ahmad adalah thiqah ; 4/84 )Ini berlaku apabila ada sebahagian syarikat MLM yang membuka pendaftaran ahlinya, setiap ahli perlu membayar sejumlah wang disebut yuran, tidak dapat dipastikan samada yuran tersebut untuk membeli kedudukan di dalam rangkaian ataupun membeli produk. Pada waktu yang sama, dengan termeterainya keahliannya itu, ia akan menjadi wakil pula bagi syarikat untuk merekrut ahli baru, maka tindakan MLM seperti ini, boleh dikatakan termasuk dalam kategori hadis : shafqatayn fi shafqah, atau bay'atayn fi bay'ah. Ini kerana, dalam hal ini, orang tersebut telah dikira melakukan transaksi aqad Mu'awadat (kontrak pertukaran hak kewangan) bila membeli produk atau menjadi ahli dan dalam masa yang sama masuk dalam satu jenis aqad lagi iaitu perwakilan (untuk menjualkan produk itu kelak di samping mencari ahli baru) dengan komisyen tertentu. Maka, praktis seperti ini jelas tergolong sebagaimana hadith di atas. Ingin saya tekankan juga, hal berkaitan komisyen jualan orang di level keseratus akan diperolehi juga oleh upline di tingkat kedua, padahal mereka tiada sebarang kaitan aqad yang jelas, dan hanya kerana rantaian orang dibawahnya maka ia mendapat untung?. Apa yang diletakkan untuk mendapat untung?.Sedangkan dalam contoh sebuah syarikat besar, seorang pemegang saham sememang layak dapat untung walaupun goyang kaki kerana ia meletakkan 'modal', sebagaimana yang diketahui , keuntungan boleh didapati dari tiga sebab iaitu; 
1) Modal
2) Kerja
3) Jaminan 'Dhoman' barangan dari sebarang aib pada barang yang dijual. Lalu si pemegang modal berhak mendapat untung kerana ia letak modal, si pekerja layak mendapat untung kerana ia bekerja .. jadi apa hak si upline kedua untuk dapat untung jualan si downline ke seratus? Tiada modal, tiada kerja, tiada jaminan atau dhoman barangan yang dijual, kernaa jaminan barangan yang dijual adalah dari syarikat, bukan upline!.Apa Maksud Sebenar Dua Aqad Dalam Satu ?Shafqatain di Safqah dan lafaz yang seertinya denganya memang tidak dinafikan mempunyai banyak takrif dan tafsiran menurut kefahaman ulama yang berbeza. Manakala sesiapa yang hanya mendedahkan hanya beberapa kerat dari pandangan tersebut dan kemudian terus memegangnya. Tapi perlu diingat disana terdapat pelabagi tafsiran yang lain pula, dan saya memegang tafsiran yang lain. Maka itu tidak bererti tafsiran pegangan saya adalah salah, dan tafsiran pegangan anda mesti betul. Jika demikian perangainya, maka ini jelas tidak faham konsep ikhtilaf dalam nas.
Sebagai hadiah untuk awam dan pembaca yang mampu faham ini beberapa tafsiran tentang hadith dua aqad dalam satu mengikut beberapa kumpulan ulama silam dan kaitannya dengan MLM:
1) iaitu contoh berkata penjual kepada pembeli : " Aku jual kepadamu baju ini dengan harga RM 10 tunai , atau RM 20 secara tangguh" , maka si pembeli bersetuju TANPA mengspecifickan plan tangguh atau tunai yang dikehendakinya. Ini bentuk yang ditafsirkan oleh Imam Malik, Abu Hanifah, At-Thawri, Ishak Rahawaih, Imam As-Syafie ( Syarh as-Sunah, Al-Baghawi, 8/142 ; ‘Aridathul Ahwazi, 5/240 ; Al-Mughni, Ibn Quddamah, 6/333; Al-Mudawwanah, 9/191 ).Tiada khilaf di kalangan ahli ilmu, jenis ini adalah HARAM. Bagaimanapun tafsiran ini tidak berapa berkaitan dengan MLM, kerana biasnaya plan harga akan dipilih dengan tepat.
2) Iaitu contohnya pembeli : "jualkan kepadaku barangan ini dengan harga RM 10 tunai atau dengan sebuah radio pada tarikh akan datang", kemudian kedua-dua bersetuju tanpa memberikan yang mana satu mereka inginkan. Ini adalah tafsiran Imam Malik pula ( ‘Aridathul Ahwazi, 5/240 ) . Ini juga tiada kaitan dengan MLM.
3) Iaitu contohnya berkata seorang lelaki : "Aku jual kebunku ini dengan harga RM 10,000 dengan syarat kamu jualkan rumah kamu pula dengan harga RM 15,000" . Inilah juga tafsiran ulama mazhab Hanafi, Hanbali dan Syafie. ( Al-Mughni , 6/332 ; Al-Um, 3/67 ; ‘Aridatul Ahwazi, 5/239 ) Inilah tafsiran yang saya lihat ada kaitannya dengan kebanyakkan MLM. Iaitu berkata syarikat MLM kepada seorang ahli baru sebagai contoh : "aku jual barang water filter ini dengan harga RM 2000 dengan syarat engkau jadi wakil jualanku dengan komisyen sebanyak 3 % dari harga jualanmu dan aku beri mandate kamu untuk jadi lantik ahli baru dan setiap jualannya kamu akan dapat 1 % dengan syarat kamu ada jualan sendiri sebanyak RM 1000 setiap bulan"Lihat, dalam contoh saya tu ada berapa jenis aqad muawadah maliah yang bersifat lazim?
a- Jual barang RM 2000 - Aqad jual beli yang bersifat lazim
b- Lantik jadi wakil dengan upah (Wakalah bil Ujr) - aqad wakalah yang bersifat lazim.
c- Beri mandate untuk cari ahli - ini tiada masalah
d- Setiap ahli yang kamu lantik jual kamu layak dapat 1% - Ini ju'alah, juga kelihatan tiada masalah.
e- Kamu hanya layak dapat 1 % ju'alah tadi dengan syarat kamu ada jualan sendiri RM 1000 - Ini ada syubhat sikit syarat seperti ini. Perlu perbincangan dan ijtihad.Cuma, secara umum kita dapat melihat bergabungnya dua aqad mu'awadat maliah (pertukaran hak milik harta) yang bersifat Lazim. Jika aqad itu ghayru Lazim maka ia diharuskan, tetapi dalam hal ini dua aqad itu adalah "aqad lazim"
4) Iaitu seorang penjual menjual dua barangan berlainan harga iaitu kasut dengan harga RM 100 dan handphone dengan harga RM 700, tetapi ia membuatnya terikat, iaitu jika anda beli handphone, maka pembelian kasut juga menjadi wajib. Inilah takrif yang dipegang oleh Al-Qadhi Ibn Al-Arabi al-Maliki ( Al-Qabas Syarah Al-Muwatta', 2/842 ; Al-Muntaqa , 5/36) .Ini juga mempunyai sedikit kaitan dengan MLM kerana meletakkan syarat satu aqad lain sebagai syarat untuk sesuatu aqad itu boleh ‘concluded'.
5) Iaitu contohnya : Berkata penjual : " Aku jual handphone ini dengan RM 100 dengan bayaran ansuran dalam 3 bulan, dengan syarat aku akan belinya semual darimu dengan harga RM 80 tunai" . Ini adalah tafsiran Ibn Taymiah dan Ibn Qayyim pula. Ia adalah sama dengan takrif Bai Inah. ( Mukhtasar Al-Fatawa Lib Ibn taymiah, hlm 327 ; Tahzib Mukhtasar Sunan Abi Daud, Ibn Qayyim, 5/100 )Tafsiran ini agak kurang kaitannya dengan MLM.Demikianlah beberapa takrifan dan tafsiran ulama tentang hadith dua aqad dalam satu. Sebenarnya ada terdapat 3 lagi tafsiran, Cuma cukuplah sebagai info tambahan kepada pembaca. Oleh kerana beberapa yang dilakukan dalam MLM ada terdapat dalam salah satu tafsirannya, maka saya masukkan point dua aqad di dalam satu sebagai isu yang boleh menjadikan MLM samada haram atau batal atau syubhat. Keputusan Majma Fiqh Sedunia ? Kesatuan Fiqh Sedunia (Majma' Fiqh Islami) pernah mengeluarkan fatwa ke atas satu bentuk perniagaan MLM jenama PT Biznas yang disifatkan sebagai haram kerana ia adalah salah satu bentuk perjudian. Selain itu, keputusan itu juga menafikan bahawa komisyen yang digunakan adalah komisyen atau upah ‘brokerage' sebagaimana didakwa. (Rujuk keputusan nombor 3/24, 17 Julai 2003). Selain itu, Syeikh Salim Al-Hilali pernah mengeluarkan fatwa pengharaman dengan katanya : "Banyak pertanyaan berkenaan perniagaan yang diminati ramai. Yang secara umum gambarannya adalah mengikuti kaedah piramid dalam sistem pemasarannya, dengan cara setiap anggota harus mencari ahli-ahli baru dan demikian selanjutnya. Setiap anggota membayar yuran pada syarikat dengan jumlah tertentu dengan angan-angan mendapat bonus, semakin banyak anggota dan memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan. Sebenarnya kebanyakan anggota MLM yang menyertai cara ini adalah hasil motivasi bonus yang dijanjikan tersebut dengan harapan agar cepat kaya dalam waktu yang sesingkat mungkin, padahal ia langsung tidak menginginkan produknya. Perniagaan jenis ini adalah perjudian murni, kerana beberapa sebab berikut, iaitu:
Ø Sebenarnya anggota MLM ini tidak mahukan produknya, akan tetapi tujuan utama mereka adalah menyertai rangkaian piramid bagi mendapatkan kekayaan cepat apabila setiap ahli baru membayar yuran.
Ø Harga produk yang dibeli sebenarnya tidak sampai 30% dari wang yang dibayarkan pada syarikat MLM.
Ø Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan individu secara berkesinambungan. Yang mana ini akan menguntungkan anggota yang berada pada level atas (Upline) sedangkan level bawah (downline) selalu memberikan nilai point pada yang berada dilevel atas mereka.Justeru, saya kira, amat tipis untuk mencari MLM yang tidak tergolong dalam item-item salah yang saya sebutkan di atas, malah saya juga suka menyarankan agar pengamal-pengamal jualan amanah saham dan Takaful secara wakil untuk lebih berhati-hati agar tidak terjerumus dalam bab MLM. 

Bagaimanapun, jika anda masih ingin mendakwa halalnya MLM ini, saya sarankan agar pengamal MLM memastikan asas minima Shariah berikut dapat dipatuhi :
1. Produk MLM ini mestilah dibeli dengan tujuan yang sebenarnya (seperti produk yang benar-benar bermanfaat dan dibangunkan dengan serius seperti ubat-ubatan berkualiti, unik dan lainnya). Justeru, produk MLM yang kabur kualiti dan kegunaannya tidaklah dibenarkan kerana ia hanyalah bertujuan untuk mengabui dalam undang-undang dan hukum Shariah, ia tiadalah halal di sisi Shariah. Justeru, kekuatan MLM itu ialah kepada produknya yang bermutu dan bukan kepada objektif jangka pendek mengumpul dana (modal).

2. Produknya bukan emas dan perak yang boleh dijual beli secara tangguh. Ini kerana penjualan barangan emas secara tangguh adalah Riba jenis Nasiah.

3. Komisyen yang diberikan kepada ahli untuk setiap penjual dan ahli bawahannya mestilah jelas. Tiada komisyen tanpa usaha, ini bermakna orang atas hanya berhak mendapat komisyen dari ahli bawahan yang dibantunya sahaja.

4. Keuntungan dan komisyen bukan berdasarkan ‘kepala' atau ahli yang ditaja, tetapi adalah berdasarkan nilai produk yang berjaya di jualnya. Ini diperlukan bagi membuktikan ia menumpukan kepada perniagaan penjualan produk dan perkhidmatan dan bukannya permainan wang (money game).

5. Tidak diwajibkan bagi si ahli menjual jumlah tertentu bagi memperolehi komsiyen dari orang bawahannya.

6. Setiap ‘upline' atau orang di sebelah atas mestilah menaruh usaha atas jualan orang bawahannya, seperti mengadakan perjumpaan taklimat, motivasi dan teknik berkempen secara terancang seperti sebuah syarikat yang pelbagai ahlinya. Ia perlu bagi melayakkannya menerima komisyen itu dari sudut Shariah, jika tidak adalah dibimbangi ia akan terjerumus kepada keraguan ‘syubhah'. Ini kerana konsep niaga dalam Islam tidak membenarkan suatu keuntungan dari sesuatu perniagaan yang diperolehi tanpa usaha. Justeru, sedikit usaha perlu dicurahkan bagi menjadi sebab haknya ke atas komisyen. Perlu diingat, kebanyakan ahli di kaki yang 10 ke bawah, mungkin tidak mengenalinya lantaran ia dilantik oleh orang bawahannya yang kesembilan. Jika tidak, apakah haknya untuk mendapat komisyen yang demikian berangkai dan begitu jauh ?.

7. Tidak menggunakan skim piramid iaitu skim siapa masuk dulu akan untung selamanya. Manakala hak mereka yang masuk kemudian akan berkurangan. Justeru, plan pemasaran mestilah memberikan hak kepada semua, malah orang bawahan mampu mendapat keuntungan lebih dari orang atasannya, apabila ia mampu menjual dengan lebih hebat.

8. Mempersembahkan system komisyen dan bonus yang telus dan boleh difahami dan dipantau oleh ahli dengan jelas. Ia bagi mengelakkan segala jenis penipuan.

9. Menstruktur plan pemasaran di anatara ahli dan orang bawahannya secara musyarakah iaitu perkonsgian untung dan rugi berdasarkan modal masing-masing dengan nisbah pembahagian keuntungan yang ditetapkan di peringkat awal lagi.Mana MLM alternatif??"Kalau ustaz pandai sangat, kenapa tak tuliskan sahaja macam mana MLM yang menepati Shariah tu, biar orang boleh guna" Demikian tempelak seorang pemuda tanpa kesabaran melalui sebuah web.Jawapan saya seperti berikut :-Pertama : Memang ramai 'suruh', 'arah' dan minta saya sebutkan macam mana MLM yang harus serta realistik.Inilah masalah orang ramai, tidak berfikir mendalam sebelum meminta. Kita kena faham, tak semua yang perniagaan diasakan ikut cara yang menepati Shariah itu menarik pada pandangan mata orang ramai dan boleh laku untuk dijual di Malaysia, dan tak semua pula plan dan skim atau produk yang sangat boleh dijual dan menarik itu menepati hukum Shariah. Jadinya bagi menghasilkan satu plan hebat yang menepati Shariah dan boleh jual, perbincangan dua pihak antara Ilmuan Shariah & bisnesman amat perlu dalam hal ini. Mana mungkin sebuah plan pemasaran MLM terbaik dapat dicadangkan hanya dengan mengemukakan permintaan mudah begitu sahaja kepada saya, ini kerana mungkin saya mempunyai penyelesaian dari sudut teori Shariahnya. Teori ini pula sebahagiannya bersifat fleksible dan tidak sebahagian yang lain, kerana itu perbincangan diperlukan dengan pihak pakar pemasaran demi memastikan samada ia 'viable' untuk diperkenalkan atau tidak. Kerana saya bukanlah pakar dalam bab pemasaran.Kedua : Saya juga bukanlah seorang jutawan yang membolehkan saya memperkenalkan plan bisnes MLM contoh yang hebat dan menepati Shariah. Mudahnya, selagi tiada bisnesman Muslim yang punyai perhatian kuat tentang halal haram dan berkesudian berbincang dengan orang Shariah, selagi tu tidak akan didapati plan dan skim MLM alternatif yang menepati Shariah.Untuk maklumat, proses inilah yang amat kerap kami (ilmuan Shariah sedunia, saya dan rakan-rakan ustaz di semua institusi kewangan Islam seluruh dunia) ; iaitu kami duduk berjam-jam dengan pakar pemasaran, peguam untuk mencipta produk kewangan Islam yang halal serta dalam masa yang sama aqad-aqadnya juga halal dan boleh diaplikasikan di sisi undang-undang Malaysia. Kesimpulan saya, jika hanya ada satu pihak sahaja yang bersungguh, ia pasti akan menjadi hasrat yang terbengkalai juga.Akhirnya, saya tahu bahawa hukum MLM ini masih terbuka untuk perbincangan, malah Syeikh Dr Abd Sattar Abu Ghuddah ketika perbincangan dengan beliau mengakui ini isu yang agak baru baginya. Benar, amat sukar ditemui tulisan para ulama Islam dari Timur Tengah berkenaan hal MLM ini, disebabkan MLM belum masuk ke pasaran negara Arab dengan meluas. Justeru, menjadi tanggungjawab para ilmuan Shariah Asia Tenggara untuk membantu masyarakat untuk mengetahui pandangan Shariah tentang MLM ini. Tulisan ringkas ini hanyalah pandangan awal bagi memberi peringatan bahawa dengan sekadar pandangan, kelihatan begitu banyak keraguan boleh muncul dalam perniagaan MLM ini. Tidak perlulah pembaca merasa marah dan benci dengan tulisan ini. Ini sekadar nasihat bagi mereka yang mengambil berat tentang pendapatan serta memikirkan barzakh dan akhirat mereka yang kekal abadi. Wallahu ‘alam.

Isu Shariah Dalam Perniagaan MLM


Jualan Pelbagai Peringkat atau lebih dikenali sebagai ‘Multi Level Marketing' atau MLM adalah amat popular di Malaysia. Dalam pada masa yang sama, sistem yang sama juga digunakan oleh industri penjualan Saham Amanah Islam dan beberapa produk Takaful. Statistik tahun 2003 menunjukkan industri MLM Malaysia mencatatkan jualan RM 4 bilion dan lebih dari 3 juta orang Malaysia terlibat dalam urusniaga MLM.

Akibat dari kebanjiran produk dan syarikat yang menggunakan sistem ini dalam mempromosi dan penjualan produk mereka. MLM kini boleh dianggap sebagai sebuah sistem pemasaran yang diterima ramai. Bagaimanapun, amat jarang dijumpai ilmuan Shariah samada dalam atau luar negara yang ingin atau berminat untuk menghuraikan sistem ini dari aspek Shariah dengan terperinci dan konkrit. Ini mungkin disebabkan kerumitan atau kurangnya minat ilmuan Shariah untuk mendalami proses sistem ini.
Para ‘Ustaz' dan Multi Level MarketingSaya juga tidak dapat lari dari dibanjiri soalan demi soalan berkenaan hal ini. Pada awalnya, saya cuba untuk mengelak disebabkan terlampau banyak bentuk dan jenis MLM ini hingga menyukarkan sesiapa juga untuk memandu dan menerangkan hukumnya secara jelas. Di tambah pula mengenagkan pengikut dan pengamalnya yang terlalu ramai dan kebanyakkannya pula kelihatan ‘taksub' dan amat yakin akan halalnya kaedah MLM ini.

Tidak kurang juga terdapat para graduan Shariah atau pengajian Islam yang digelar ‘Ustaz' dan Ustazah' yang juga kuat berkempen produk-produk syarikat dengan skim MLM. Lebih hangat dan meriah lagi, kumpulan ini kerap mendakwa ianya halal lalu diselitkan dengan pelbagai dalil Al-Quran dan Hadith yang menggalakkan umat Islam berniaga, kuat ekonomi dan lain-lain. Hakikatnya, dalil-dalil ini bukanlah khusus untuk menyokong MLM dan perniagaan piramid mereka.

Ikhlas saya ingin nyatakan di sini, agak ramai juga orang ramai yang terpengaruh dengan kempenan dari kumpulan ilmuan agama seperti ini, menyebabkan orang ramai menyertainya tanpa berfikir lagi berkenaan halal atau haramnya sesuatu produk itu kerana ia telah diiktiraf oleh seorang ‘ustaz'. Justeru, saya ingin menasihatkan semua rakan-rakan lulusan Shariah dan Pengajian Islam agar lebih berhati-hati memberikan sebarang hukum dan merujuk dengan lebih mendalam sebelum berkempen dan mendakwa halalnya sesuatu produk hanya semata-mata kerana ia mendapat keuntungan besar di dalamnya. Ini kerana agak ramai juga saya dapati orang ramai yang berkiblatkan ustaz tertentu dalam kempen MLM mereka. Berkatalah Al-Laith bin Sa'ad : « Seandainya orang-orang yang memiliki pemahaman halal dan haram meneliti masalah ini, pastilah mereka tidak akan membolehkannya kerana terdapat di dalamnya unsur perjudian » ( Riwayat Al-Bukhari, no 2346 ). Sayyidina Umar al-Khattab r.a telah mengingatkan:
لا يبع في سوقنا إلا من قد تفقه في الدين
Ertinya : "Jangan seseorang kamu berjual beli di pasar kami, kecuali ia telah mendalami ilmu (hukum) agama tentangnya" ( Riwayat Tirmidzi, no 487, hlm 129 ; Albani : Hasan)

Bagi membantu masyarakat yang semakin ‘hangus' dalam industri ini, saya merasakan adalah elok untuk saya berkongsi panduan umum Shariah dalam hal penggunaan MLM ini. Bagaimanapun, saya tidaklah mampu untuk menujukan tulisan ringkas ini kepada mana-mana jenama MLM yang wujud di Malaysia mahupun luar negara. Tulisan ini hanya memberikan sedikit gambaran dan garis panduan yang diletakkan oleh undang-undang Islam dalam hal MLM ini.

Sumber: http://zaharuddin.net/pelaburan-&-perniagaan/222-multi-level-marketing-menurut-shariah.html

Bahana Meninggalkan Solat Fardu Lima Waktu


Subuh – Allah SWT akan mencampakkannya kedalam neraka Jahannam selama 60 tahun. Sahabat sekalian, 1 tahun di akhirat tidak sama dengan dunia. Jika 1 tahun di dunia kita sudah rasa agak lama, di akhirat 1 tahun bersamaan dengan 60,000 tahun di dunia. MasyaAllah. 7 keturunan kita pun belum lepas 1 tahun jika kita hidup di akhirat.
Zuhur – Dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim. Sedangkan membunuh seorang orang Islam pun kita akan dicampakkan ke neraka, bayangkan kita telah membunuh 1000 orang muslim. Betapa azabnya kita. Begitu mudah kita mencari dosa tersebut hanya dengan meninggalkan solat Zuhur yang mana jika dilakukan, 15 minit pun tak sampai.
Asar – Dosa sama seperti meruntuhkan Ka’abah. MasyaAllah, sanggupkah kita meruntuhkan kiblat umat Islam? Renungkan berapa kali sudah kita meninggalkan solat asar dengan sengaja? Dan renungkan juga berapa kali sudah kita meruntuhkan Ka’abah.
Maghrib – Dosa sama seperti berzina dengan ibubapa sendiri. Saya tak sanggup nak menyedarkan diri saya dengan lebih panjang akan dosa meninggalkan solat maghrib ini. Rasa amat bersalah dengan ibu saya sendiri.
Isyak – Allah SWT berseru kepada mereka “Hai orang yang meninggalkan solat Isyak, bahawa Aku tidak lagi redha engkau tinggal dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatku, segala yang digunakan dan dikerjakan adalah berdosa kepada Allah SWT.” Sahabat Oh! Islam sekalian, ketika anda membaca artikel ini anda masih menyedut udara untuk bernafas. Adakah udara itu diredhai Allah SWT? Jika Allah mengenakan charge RM10 setiap kali kita menyedut udara, sudah tentu baru ramai antara kita yang akan tersedar dari tidur.

Hukum Mewarnakan Rambut Dalam Islam



Islam adalah agama yang mementingkan kebersihan dari kecantikan. ini selaras dengan sabda nabi SAW yang bermaksud : “Sesungguhnya Allah itu cantik dan sukakan kecantikan dan ia bersih dan sukakan kebersihan“.
Oleh yang demikian, perbuatan mewarnakan rambut selain daripada warna hitam adalah harus dengan syarat pewarna tersebut tidak mengandungi bahan-bahan najis dan telap air serta tidak bertujuan untuk menunjukkan kecantikan kepada orang lain.

Ulama telah bersepakat mengharuskan mencelup warna rambut dari warna hitam ke warna lain seperti merah dan lain-lain, samada dengan inai dan apa jua pewarna yang dibenarkan syarak. Mereka semua berdalilkan dengan hadith-hadith riwayat An-Nasaie, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Muslim. Hampir kesemuanya mempunyai sanad hasan dan shohih dengan perawi yang thiqah. Bagaimanapun ia diikat dengan syarat berikut :-
1- Pewarna tersebut bukannya jenis yang kekal, jika tidak ia dikira mengubah ciptaan Allah SWT yang diharamkan.
2- Menggunakan pewarna yang suci dan halal.
3- Tidak mengakibatkan mudarat terhadap kesihatan individu. Seperti Kanser, kekeringan rambut dan merapuhkannya, atau alergik ataupun mudarat terhadap janin akibat bahan kimia pewarna tadi.
4- Memutihkan rambut iaitu dengan mengikis warna hitamnya dengan tujuan utk menghasilkan warna baru rambut yang lebih cantik, adalah makruh kerana ia menukar ciptaan asal Allah.

HUKUM MENCELUP UBAN PUTIH KE HITAM
Ulama telah berbeza pandangan dalam hal ini seperti berikut :-
1. MakruhIa adalah pandangan Mazhab Maliki, Abu Hanifah, sebahagian ulama Syafie seperti Imam Ghazali, Al-Baghawi.
Tetapi kiranya ia dibuat untuk tujuan menakutkan musuh di dalam peperangan ia adalah HARUS.
Dalil mereka:
(a) Sabda Nabi SAW : “Tukarlah ia (warna rambut, janggut & misai ) dan jauhilah dari warna hitam” (Shohih Muslim)
(b) Berkata Ibn Umar ra : “Kekuningan pewarna para mukmin, kemerahan pewarna para Muslimin, Hitam pewarna puak Kuffar” (Riwayat At-Tobrani, Al-Haithami)
(c) Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa yang mewarnakan rambutnya dengan warna hitam, nescaya Allah akan menghitamkan wajahnya di akhirat kelak” (Al-Haithami, bagaimanapun Ibn Hajar berkata seorg perawinya agak lemah, bagaimanapun rawi tersebut diterima oleh Imam Yahya Mai’en dan Imam Ahmad)
(d) Dalil aqal, ia dikira suatu penipuan.
2. Haram. Ia adalah pandangan Mahzab Syafie. Dikecualikan kiranya utk jihad. Mereka berdalil dengan dalil kumpulan pertama tadi.
3. Harus tanpa Makruh. Ia adalah pandangan Imam Abu Yusof dan Ibn Sirin.
Dalil mereka:
(a) Sabda Nabi SAW : “Sebaik-baik pewarna yang kamu gunakan adalah warna hitam ini, ia lebih digemari oleh isteri-isteri kamu, dan lebih dapat menakutkan musuh” (Riwayat Ibn Majah, bagaimanapun ia adalah hadith Dhoif)
(b) Diriwayatakan bahawa sahabat dan tabi’ein ramai juga yang mewarnakan rambut mereka dengan warna hitam. Antara Sa’ad, ‘Uqbah bin ‘Amir, Az-Zuhri dan diakui oleh Hasan Al-Basri. (Lihat Fath al-Bari, Majma’ az-Zawaid dan Tahzib al-Athar oleh At-Tabari)

Suka disebutkan di sini setiap mazhab mempunyai dalil masing-masing yang tidak dpt disebutkan kesemuanya di sini, demi meringkaskan tulisan ini.
Kesimpulan HukumAkibat terdapat zahir hadith dan athar yang bertembung antara satu sama lain, maka fuqaha mengambil jalan membuat takwilan bagi menggabungkan hadith-hadith ini. Ia seperti berikut :
(a) Hadith larangan adalah menujukan kepada larangan penipuan umur yang tua akibat tua dan uban maka dihitamkan bagi kelihatan lebih muda. Tidak kira dari kalangn lelaki mahupun perempuan. Ia dilarang oleh Islam.
(b) Adapun hadith yang mengharuskan adalah dalam keadaan dan sebab-sebab yang diiktiraf oleh syarak, seperti perang bagi menakutkan musuh, ataupun ia tidak mengandungi unsur penipuan, seperti merawat penyakit dan lain-lain.
Rujukan – Jabatan Agama Islam Selangor

Sepotong Ayat Al-Quran Pada Bayi





MOSCOW – Pakar-pakar perubatan di Rusia bingung berikutan penemuan ayat-ayat suci al-Quran dan Arab pada kulit seorang bayi berusia sembilan bulan di Dagestan, Rusia, lapor sebuah akhbar semalam.
Ayat-ayat itu muncul pada belakang, tangan, kaki dan perut Ali Yakubov pada setiap malam Isnin dan Jumaat sebelum hilang tetapi diganti dengan beberapa ayat al-Quran baru dua kali seminggu.
Pakar-pakar perubatan Rusia menyatakan, mereka tidak tahu bagaimana fenomena itu boleh berlaku selepas perkataan Allah mula muncul pada dagu bayi tersebut ketika dia berusia beberapa minggu.
————————————–
Namun, ketika mengulas mengenainya, pakar-pakar perubatan dan keluarga bayi itu mengaku bahawa ayat-ayat suci itu menjelma sendiri pada badan Ali dan bukan ditulis oleh manusia.





“Ali akan berasa kurang sihat manakala suhu badannya meningkat kepada 40 darjah Celsius setiap kali ia berlaku menyebabkan dia menangis,” kata ibunya Madina Yagubova.

Kini, tempat Ali dilahirkan iaitu di Kampung Red Oktober, Dagestan menjadi tumpuan orang ramai yang mahu melihat keanehan itu.
SEPOTONG ayat al-Quran pada paha Ali.


Ali merupakan tanda kebesaran Tuhan. Kelahirannya di Dagestan bagi menyedarkan penduduknya supaya bersatu,” kata seorang ahli parlimen di wilayah itu, Akhmedpasha Amiralaev. – Agensi

WANITA YANG SABAR DAN BERTAKWA


Di dalam sirah perjalanan dakwah Rasulullah, baginda bangkit menyampaikan risalah Rabbnya tanpa mengendahkan sebarang cubaan, tekanan, penyeksaan, cacian, perlecehan, dan pendustaan yang dilakukan oleh kaum yang memusuhi baginda. Saidatina Fatimah menyaksikan segala bentuk kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah, malahan beliaulah yang mengubati kesedihan dan menghiburkan hati ayahnya saat berhadapan dengan kejahilan kaum musyrikin ketika itu.

Salah satu peristiwa yang kekal di dalam ingatan puteri Rasulullah ini ialah apabila menyaksikan penghinaan dari salah seorang Quraisy yang kasar dan sangat buruk tingkahlakunya, Uqbah bin Abu Mu’aith. Si jahil ini menawarkan diri untuk melemparkan kotoran isi perut unta ke belakang tubuh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ketika baginda sedang sujud, sehingga baginda tidak mampu untuk bangkit dari sujudnya. Saidatina Fatimah segera mendatangi ayahnya untumembersihkan kotoran tersebut, sebelum menghampiri kelompok musyrikin yang merancang perbuatan keji itu . Dengan lantang dan penuh berani, beliau mencaci dan mencela tindakan mereka yang sangat tidak beradab. Seusai solat tersebut, Rasulullah menadahkan tangan baginda dan berdoa bagi kecelakaan mereka, dengan bersabda, “Ya Allah, ada kewajipan atas Engkau untuk mencelakakan Syaibah bin Rabi’ah. Ya Allah, ada kewajipan atas Engkau untuk mencelakakan Abu Jahl bin Hasyim. Ya Allah, ada kewajipan atas Engkau untuk mencelakakan Uqbah bin Abu Mu’aith. Ya Allah, ada kewajipan untuk Engkau mencelakakan Umayyah bin Khalaf”.

Doa baginda Sallallahu Alaihi Wasallam dikabulkan Allah Subhanahu wa Taala. Nama-nama kaum musyrikin yang disebutkan di dalam doa tersebut terbunuh semasa Perang Badar.Kehidupan puteri Rasulullah ini juga tidak lari dari penderitaan akibat perbuatan kejam kaum musyrikin yang membenci dakwah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam . Salah satunya ialah ujian pemboikotan ke atas seluruh kaum Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib di mana orang-orang Musyrik menemukan kata sepakat untuk melancarkan boikot secara total terhadap mereka. Tidak ada urusan jual beli, tidak ada pembicaraan, tidak ada pergaulan, sehinggalah Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib menyerahkan Rasulullah kepada orang-orang Quraisy. Akibatnya, seluruh kerabat Rasulullah kecuali Abu Lahab dipulaukan dan dikepung di perkampungan Abu Thalib. Sepanjang tempoh hampir tiga tahun itu, seringkali kedengaran tangisan anak-anak kecil dan rintihan para wanita lantaran kelaparan. Natijah dari peristiwa ini juga, kesihatan Saidatina Khadijah Radiallahu anha merosot dan berlanjutan sehinggalah beliau kembali bertemu dengan Rabbnya.Kesan terbesar dari episod pemulauan tersebut ialah pemergian Saidatina Khadijah Radiallahu anha. Dengan kehilangan tersebut, Fatimah lah yang memikul beban kehidupan dan berkongsi penderitaan berat yang dialami oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

Walaubagaimanapun, hal tersebut malah menambahkan keimanan dan ketaqwaan dirinya serta membuatkan beliau semakin dekat dengan ayahnya. Saidatina Fatimah Az-Zahra juga termasuk di antara wanita yang berhijrah. Di Madinah, beliau membuka lembaran baru kehidupan dikelilingi kaum yang murah hati, yang mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka serta melebihkan kaum Muhajirin lebih dari diri mereka sendiri. 

Ulama Empat Mazhab Mewajibkan Khilafah

Pada umumnya, para ulama empat mazhab tidak pernah berselisih pendapat mengenai kewajiban mengangkat seorang imam/khalifah yang bertanggungjawab melakukan tugas ri’âyah suûn al-ummah (mengatur urusan umat). Imam al-Qurthubi, seorang ulama besar dari mazhab Maliki, ketika menjelaskan tafsir surah al-Baqarah ayat 30, menyatakan, “Ayat ini merupakan dalil paling asas mengenai kewajiban mengangkat seorang imam/khalifah yang wajib didengar dan ditaati iaitu untuk menyatukan pendapat serta melaksanakan hukum-hukum berkaitan khalifah. Tidak ada perselisihan pendapat tentang kewajiban tersebut di kalangan umat Islam mahupun di kalangan ulama, kecuali apa yang diriwayatkan dari Al-A’sham (Imam al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, 1/264-265).Al-’Allamah Abu Zakaria an-Nawawi, dari kalangan ulama mazhab Syafii, mengatakan, “Para imam mazhab telah bersepakat, bahawa kaum Muslimin wajib mengangkat seorang khalifah.” (Imam an-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim, XII/205). .
Ulama lain dari mazhab Syafii, Imam al-Mawardi, juga menyatakan, “Menegakkan Imamah (Khilafah) di tengah-tengah umat merupakan kewajiban berdasarkan pada Ijma’ Sahabat. (Imam al-Mawardi, Al-Ahkâm as-Sulthâniyyah, hlm. 5).Imam ‘Alauddin al-Kasani, ulama besar dari mazhab Hanafi pun menyatakan, “Sesungguhnya mengangkat imam (khalifah) adalah fardhu. Tidak ada perbezaan pendapat di antara ahlul haq mengenai masalah ini. Manakala penafian berhubung kewajiban ini oleh sebahagian kelompok Qadariah tidak membawa apa-apa makna kerana kewajiban ini adalah didasarkan kepada dalil yang lebih kuat, iaitu Ijma’ Sahabat dan untuk membolehkan perlaksanaan hukum Islam, iaitu ketaatan umat Islam kepada pemimpin lalu menghapuskan kezaliman serta membuang perselisihan yang menjadi sumber kerosakan akibat tiadanya seorang imam.(Imam al-Kassani, Badâ’i ash-Shanai’ fî Tartîb asy-Syarâi’, XIV/406).
Imam Umar bin Ali bin Adil al-Hanbali, ulama mazhab Hanbali, juga menyatakan, “Ayat ini (QS al-Baqarah [2]: 30) adalah dalil atas kewajiban mengangkat imam/khalifah yang wajib didengar dan ditaati untuk menyatukan pendapat serta untuk melaksanakan hukum-hukum tentang khalifah. Tidak ada perbezaan tentang kewajiban tersebut di kalangan para imam kecuali apa yang diriwayatkan dari Al-A’sham dan orang yang mengikutinya.” (Imam Umar bin Ali bin Adil, Tafsîr al-Lubâb fî ‘Ulûm al-Kitâb, 1/204). Imam Ahmad bin Hanbal dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Muhammad bin ‘Auf bin Sufyan al-Hamashi, menyatakan, “Fitnah akan muncul jika tidak ada imam (khalifah) yang mengatur urusan manusia.” (Abu Ya’la al-Farra’i, Al-Ahkâm as-Sulthâniyah, hlm.19).Imam Abu Muhammad Ali bin Hazm al-Andalusi azh-Zhahiri dari mazhab Zhahiri menyatakan, “Para ulama sepakat bahwa Imamah (Khilafah) adalah fardhu dan dengan adanya seorang imam itu merupakan suatu kewajiban, kecuali an-Najdat. Pendapat mereka benar-benar telah tertolak kerana menyalahi Ijma’ Sahabat dan pembahasan mengenai mereka telah dijelaskan sebelumnya. Para ulama bersepakat bahwa tidak boleh ada dua imam (khalifah) bagi kaum Muslimin dalam satu masa di seluruh dunia baik mereka sepakat atau tidak, baik mereka berada di satu tempat atau di dua tempat.” (Imam Ibn Hazm, Marâtib al-Ijmâ’, 1/124).Imam Ibnu Hazm juga mengatakan, “Majoriti Ahlus-Sunnah, Murjiah, Syiah dan Khawarij bersepakat mengenai kewajiban menegakkan Imamah (Khilafah). Mereka juga bersepakat, bahawa umat Islam wajib mentaati Imam/Khalifah yang adil yang menegakkan hukum-hukum Allah di tengah-tengah mereka dan memimpin mereka dengan hukum syarak yang dibawa Rasulullah saw.” (Ibnu Hazm, Al-Fashl fî al-Milal wa al-Ahwâ’ wa an-Nihal, IV/87).Taqarrub kepada Allah yang Paling EsaUsaha menegakkan Khilafah Islamiyah termasuk dalam aktiviti taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah yang Paling Esa. Syeikul Islam Imam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Yang wajib adalah menjadikan kepemimpinan (imârah) sebagai sebahagian dari agama dan landasan untuk bertaqarrub kepada Allah. Taqarrub kepada Allah dalam hal imârah (kepemimpinan) yang dilakukan dengan cara mentaati Allah dan Rasul-Nya adalah sebahagian dari taqarrub yang paling utama.” (Imam Ibnu Taimiyah, As-Siyâsah asy-Syar’iyyah, hlm. 161).
Al-’Allamah Ibnu Hajar al-Haitami juga menyatakan, “Ketahuilah juga bahwa para Sahabat ra. seluruhnya telah berijma’ bahawa mengangkat seorang imam (khalifah) setelah berakhirnya masa kenabian adalah wajib. Bahkan mereka telah menjadikan kewajiban ini sebagai urusan yang paling penting. Buktinya, para Sahabat lebih menyibukkan diri dengan perkara ini dibandingkan dengan menguruskan jenazah Rasulullah SAW. Perselisihan mereka dalam hal penentuan (siapa yang berhak menjadi imam) tidaklah merosak ijma’ yang telah disebutkan tadi.” (Imam Ibnu Hajar al-Haitami, Ash-Shawâ’iq al-Muhriqah, 1/25).Malangnya, majoriti umat Islam sekarang lebih menyibukkan diri dengan amalan-amalan sunat, seperti zikir jama’i, aktiviti sedekah, shalat dhuha, puasa sunat dan lain-lain dibandingkan dengan melibatkan dirinya dalam perjuangan menegakkan Khilafah Islamiyah. Lebih menyedihkan lagi, sebahagian mereka menganggap perjuangan menegakkan Khilafah Islamiyah tidak penting berbanding amalan-amalan sunat tersebut. Malahan mereka juga menganggap para pejuang Khilafah sebagai orang-orang yang tidak memiliki ketinggian ruhiyah dan akhlaq. Walhal menegakkan Khilafah Islamiyah dan terlibat dalam aktiviti ini termasuk dalam golongan yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah yang paling Esa. Berdirinya Khilafah: Janji AllahUlama empat mazhab juga telah menyatakan bahawa tegaknya Khilafah Islamiyah adalah janji Allah SWT kepada orang-orang Mukmin. Al-Quran telah menyebutkan janji ini (tegaknya kekhilafahan Islam) dengan jelas dan terang. Allah SWT berfirman;"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa" .(QS an-Nur [24]: 55).Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat di atas, menyatakan, “Inilah janji dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW, bahawa Allah SWT akan menjadikan umat Nabi Muhammad SAW. sebagai khulafâ’ al-ardh; yakni pemimpin dan pelindung kepada umat manusia. Dengan merekalah (para khalifah) akan memelihara negeri dan seluruh hamba Allah akan tunduk kepada mereka.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsîr Ibn Katsîr, VI/77).
Imam ath-Thabari juga menyatakan, “Sesungguhnya Allah akan mewariskan bumi kaum musyrik dari kalangan Arab dan bukan Arab kepada orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Sesungguhnya, Allah akan menjadikan mereka sebagai penguasa dan pengaturnya.” (Imam ath-Thabari, Tafsîr ath-Thabari, XI/208).Janji besar ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh pada generasi para Sahabat sahaja, malahan berlaku juga sepanjang masa bagi orang-orang Mukmin yang beramal soleh. Imam asy-Syaukani berkata, “Inilah janji dari Allah SWT kepada orang yang beriman kepada-Nya dan melaksanakan amal soleh tentang Kekhilafahan bagi mereka di muka bumi, sebagaimana Allah pernah mengangkat sebagai penguasa kepada orang-orang sebelum mereka. Inilah janji yang berlaku umum bagi seluruh generasi umat. Ada yang menyatakan bahwa janji di dalam ayat tersebut hanya berlaku bagi Sahabat sahaja. Sesungguhnya, pendapat seperti ini tidak memiliki asas sama sekali. Alasannya adalah iman dan amal soleh tidak hanya dikhususkan pada Sahabat sahaja, namun ia juga boleh diraih oleh setiap generasi umat Islam sesudah mereka.” (Imam asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, V/241).Berdasarkan huraian para ulama di atas, dapatlah disimpulkan bahawa tegaknya Khilafah Islamiyah adalah janji Allah SWT. Ini bererti bahwa Khilafah Islamiyah pasti akan ditegakkan dengan izin Allah SWT. Seorang Muslim wajib meyakini bahawa Khilafah Islamiyah pasti akan ditegakkan kembali. Seorang Muslim tidak dibenarkan sama sekali menyatakan bahawa perjuangan menegakkan kembali Khilafah Islamiyah adalah satu bentuk perjuangan uthopia, khayalan, mustahil, kenangan sejarah dan sebagainya. Kenyataan-kenyataan seumpama itu merupakan satu bentuk keraguan terhadap janji Allah SWT. Al-Quran telah menyatakan dengan jelas, bahawa janji Allah SWT pasti ditunaikan:"Langit pun menjadi pecah-belah pada hari itu karena Allah. Janji Allah pasti terlaksana" (QS al-Muzammil [73]: 18)."Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS ar-Rum [30]: 6).Oleh itu, bersegeralah melibatkan diri dalam perjuangan yang penuh kemulian dan keberkatan ini. Benar, perjuangan menegakkan kembali Khilafah Islamiyah merupakan perjuangan penuh kemulian dan keberkatan .Oleh itu, inilah perjuangan yang direstui, yang dinyatakan oleh para ulama mu’tabar, dan dinaungi oleh janji Allah SWT, yang mana ia akan membuahkan kejayaan lalu menjadi sebab tertegaknya hukum-hukum Allah SWT secara syâmil, kâmil dan mutakâmil. Wallâh al-Muwaffiq ilâ Aqwam ath-Thâriq.

MARTABAT NAFSU

MARTABAT NAFSU

Bila bercakap tentang nafsu, ramai di antara kita mengatakan atau menganggap ia sebagai suatu kelakuan jahat yang terbit dari perlakuan seseorang. Ada sesetengah orang berkata “jangan mengikut nafsu, nanti menjadi lesu” hidup ini jangan sekali-kali mengikut nafsu kerana ia adalah pekerjaan syaian.

Pendek kata ramai diantara kita belum lagi mengetahui takrif nafsu dan juga martabat nafsu. Adapun takrif nafsu boleh dibahagikan kepada dua (2) iaitu :

Nafsu adalah satu perlakuan naluri manusia yang mendorongkan perlakuan yang dikuasai oleh iblis laknatullah untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at dan hakikat Allah swt. Ianya terbit daripada kekotoran hati manusia dengan Allah swt.

Nafsu juga boleh ditakrifkan sebagai suatu martabat kelakuan hati dan kalbun manusia di dalam arah tuju ke martabat kesucian seseorang itu pada hakikat dan makrifat dengan Allah swt. Ianya boleh ditafsirkan sebagai taraf dan tahap hijab-hijab yang harus ditembusi oleh manusia untuk mengenal dirinya dan mengenal ia akan Tuhannya.

Adapun nafsu itu letaknya di cabang hai manusia. Ianya bertindak sebagai dinding (hijab) perhubungan diantara diri rahsia manusia dengan tuan empunya diri (Tuhannya).

Oleh itu tugas manusia yang hendak menuju kepada makrifat hendaklah pula memecahkan ruyung-ruyung hijab ini sehingga ianya sampai ke martabat yang paling tinggi kemuliaannya di sisi Alah swt. dan bebaslah diri batin manusia itu untuk bertemu dengan diri empunya Diri pada setiap saat dan ketika. Tanpa memecahkan ruyug-ruyung nafsu tadi, manusia tidak mungkin dapat kembali kepada Tuhannya semasa hidup (masih bernafas) atau mematikan dirinya sebelum mati.

Disamping itu manusia yang hendak menuju ke jalan makrifat Tuhanya haruslah pula berusaha supaya sampai ke martabat mematikan diri sebelum mati.

Adapun Martabat Nafsu pada diri manusia itu adalah terdiri dari tujuh (7) nafsu sebagimana yang termaktub didalam Al-Quran :

Nafsu AMARAH
Nafsu LAWAMAH
Nafsu MULHAIMAH
Nafsu MUTHMAINAH
Nafsu RADIAH
Nafsu MARDIAH
Nafsu KAMALIAH

“Sesungguh nya Kami telah menciptakan ke atas dirimu tujuh jalan (nafsu)”
( Surah Al-Mu’minun ayat – 17 )


1. NAFSU AMARAH

Nafsu Amarah itu adalah satu kelakuan hati yang menerbitkan suatu perangai yang mengandungi sifat-sifat Mazmumah yang terampau banyak.

Manusia-manusia yang memiliki nafsu Amarah biasanya memiliki sifat-sifat Mazmumah iaitu sifat yang dikeji oleh Allah swt. Iaitu sifat-sifat seperti dengki, khianat, iri hati, pemarah, berang, emotional mengikut hati dan lain-lain lagi. Biasanya mereka yang dikuasai nafsu Amarah bertindak mengikut fikiran tanpa menggunakan akal. Kadang kadang mereka merasa diri merekalah berkuasa dan semuanya adalah hak mereka. Mereka boleh bersultan di mata dan beraja di hati. Seperti Firman Allah :

“Sesungguhnya Nafsu Amarah itu sentiasa menyuruh berbuat jahat”
(Surah Yusof – ayat 53)

dan FirmanNya lagi :

“Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsunya menjadi Tuan dan dia disesatkan Allah kerana Allah mengetahui (kejahatan hatinya) lalu di tutup Allah pendengarannya (telinga batin), mata basirnya dan tetap tertutup.”
(Surah Al-Jaashiah – ayat 23)

Dan sesungguhnya orang-orang yang dikongkongi oleh nafsu Amarah biasanya tak ahan di uji dan jika di uji dengan satu-satu entuk ujian atau satu cabaran dan dugaan mereka terus melenting bertindak mengikut fikiran dibawah hasutan syaitan dan kuncu-kuncunya.
Pada peringkat nafsu ini, manusia tetap dikuasai oleh iblis, jiwa mereka sentiasa tegang, fikiran sentiasa kusut, pegangan hanyut dan hati jarang-jarang sekali mengingati Allah SWT.

Mereka di peringkat nafsu ini akan mengingati Tuhan ketika susah dan melupaiNya ketika senang seperti firman Allah di dalam Al-Quran :

“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi bila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.”
(Surah Fusilat – ayat 51)

Mereka juga bertindak di dalam sesuatu hal, langsung tidak berpandu kepada syariat Allah swt. tetapi mereka lebih berpandukan fikiran, angan-angan dan tidak pula penah terbit pada hati mereka satu perasaan salah terhadap sesuatu kesalahan yang mereka sendiri lakukan.

Sesungguhnya nafsu Amarah ini adalah nafsu binatang. Malahan ianya lebih hina daripada binatang bagi mereka yang menguasai nafsu Amarah.
Mereka mempunyai hati yang tidk memerhati, mempunyai mata yang tidak melihat, mempunyai pendengaran yang tidak mendengar, malahan boleh disifatkan mereka ini sebagai seekor binatang yang berupa manusia.

Seperti firman Allah di dalam Al-Quran :

“Akan di campakkan ke dalam neraka Jahanam daripada golongan-golongan jin dan manusia yang mempunyai hati tidak memerhati, yang mempunyai mata tidak melihat, yang mempunyai pendengaran tidak mendengar, mereka itu adalah seperti binatang, malahan lebih hina daripadanya dan mereka lah termasuk daripada orang-orang yang lalai”
(Surah Al-A’araf – ayat 179)

Perlu juga diingatkan bahawa bagi orang-orang yang dikuasai oleh nafsu Amarah biasanya suka bersifat bermuka-muka dengan sesuatu yang diperolehinya dan suka memperbodohkan kelemahan orang lain walaupun rakan karibnya sendiri. Mereka mencela orang lain dan membayangkan dialah orang yang paling baik dan sempurna. Mereka bertindak menjaja keburukkan orang kepada orang lain dengan harapan keburukkan orang itu dapat memberi keuntungan kepada diri mereka.
Mereka ini tidak ubah seperti ayam balor yang mempunyai bulu yang elok tetapi tahi melekat di badannya.

Justeru daripada itu, adalah menjadi kewajipan diri manusia tersebut haruslah menyucikan sifat-sifat nafsu Amarah tadi supaya terbitnya sifat-sifat murni dan hilangnya sifat-sifat mazmumah dalam diri manusia itu seperti firman Allah :-

“Demi nafsu (manusia) dan kesempurnaan (kejadian) maka Allah mengilhamkan kepada nafsu itu jalan kefaskan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafsunya”
(Surah Asy Syam – ayat 7-10)

Oleh yang demikian maka seseorang itu hendaklah berguru dan berzikir menyucikan diri nya mengikut petua-petua yang diberi oleh guru mereka di dalam usahanya membersihkan dirinya dengan Allah swt.
Maka beramal lah mereka dengan petua-petua yang diberi oleh gurunya sehinggalah terbitnya peningkatan ke satu martabat nafsu yang seterusnya yang bernama nafsu Lawamah.

Zikir orang-orang Amarah biasanya di lidah tanpa menyerap di dalam hatinya. Zikir nya kosong tidak bertenaga dan bermaya dan sesungguhnya zikir adalah merupakan klorox bagi menyucikan kekotoran hati yang tidak boleh dicucikan oleh jenis-jenis sabun.

Jiwa mereka pada masa ini kosong hubungan dirinya dengan Empunya Diri adalah terputus langsung. Malahan diri rahsianya dihijab tebal daripada Allah swt. Diri batinnya kurus melidi, sakit tersiksa sedangkan badan zahirnya gemuk dan sihatnya seperti ubi kayu di tanah bukit, sedang tubuh batinnya di anai-anaikan oleh nafsu Amarah.

Penyakit Nafsu Amarah ini jika dibiarkan menular pada jiwa manusia ianya menyebabkan bertimbunnya pada hakikat selaput-selaput tebal, gelap dan kemas untuk mengingati Tuhannya. Dan hidupnya terus hanyut tidak berpedoman sebagai kabus di waktu pagi ataupun bagai awan di langit. Sesungguhnya bagi mereka yan dikuasai nafsu Amarah merekalah termasuk di dalam golongan manusia yang rugi di sisi Allah SWT.

2. NAFSU LAWAMAH

Pada peringkat nafsu Lawamah manusia telahpun dapat menguasai satu perasaan semacam melarang seseorang manusia itu melakukan sesuatu kesalahan kezaliman dan apa saja yang ditegah oleh syariat.
Perasaan ini timbul pada sudut-sudut hatinya pada setiap ketika mereka melakukan sesuatu kesalahan, maka bisikan di dalam hati mereka inilah dinamaan Lawamah.

Sesungguhnya Lawamah ini bolehlah diibaratkan seperti lampu isyarat (Alarm) di dalam sebuah kereta di mana lampu ini akan menyala berwarna merah/kuning bila kereta tersebut kehabisan minyak dan mengisyaratkan tuannya supaya mengisi minyak baru sebelum bahaya merempuh datang dari hadapan. Bagi mereka yang mempunyai Lawamah (isyarat larangan) dan mereka pula mematuhinya dengan penuh rasa tanggungjawab, maka mereka akan terselamat dari bahaya yang datang dari gejala-gejala nafsu Amarah yang masih berdaki laput di dalam jiwanya.
Sebaliknya jika seseorang itu yang telah meningkat ke martabat nafsu Lawamah tetapi tidak mematuhi isyarat larangan Lawamah, maka lama-kelamaan isyarat tersebut akan padam dan akan kembali lah mereka kepada nafsu Amarahnya.

Zikir mereka pada martabat nafsu Lawamah biasanya masih melekat di bibir tetapi kadang-kadang mulai telah menyerap masuk ke dalam hatinya dan keadaan tersebut tidak tetap. Maka haruslah seseorang itu meneruskan zkirnya sebagaimana yang dipetuakan oleh gurunya dengan tabah.
Mereka pada martabat ini masih lagi bergelumang dengan daki sifat-sifat Mazmumah tetapi ianya mulai menurun ke satu tahap minima. Sifat-sifat seperti gelojoh, marah, lekas melenting, hasad dengki dan lain-lain sifat terkeji mulai mengurang hasil kepatuhannya terhadap isyarat Lawamah yang terbit dari sudut hatinya. Kekusutan fikirannya telah pun menurun dan mereka mulai merasa segan untuk melakukan sesuatu dari sifat Mazmumah malahan mereka sering menyesali di atas sikap-sikap zalim yang pernah dilakukan oleh mereka dahulu.
Seperti firman Allah di dalam Al-Quran :

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri”
(Surah Al-Qiyaamah – Ayat 2)

Maka dengan ketekunan mematuhi isyarat serta kuat pula berzikir maka tingkatan nafsu mereka akan meningkat ke martabat nafsu ketiga yang dinamakan Nafsu Mulhamah.
Pada peringkat nafsu Lawamah seseorang itu telahpun dapat menerima ilmu Ghaib melalui Laduni pada peringkat NUR atau mimpi di dalam tidurnya dan kadang-kadang pula dapat menerima ilmu Laduni di peringkat tajalli. Oleh yang demikian maka seseorang itu haruslah pula berusaha dengan tekun dan sabar mengikuti petua-petua gurunya dan jangan sekali leka, semoga peningkatan martabat nafsunya akan tecapai.


3. NAFSU MULHAMAH.

Setelah seseorang itu berjaya mengikuti petua-petua daripada gurunya dan menerima teguran isyarat Lawamah dengan patuhnya, maka seseorang itu akan tercapai tahap nafsu yang lebih tinggi dan mulia martabatnya daripada nafsu Amarah dan nafsu Lawamah.

Adapun yang dimaksudkan dengan nafsu tersebut adalah nafsu Mulhmah. Pada peringkat nafsu ini seseorang itu telahpun dapat menyingkir sebahagian besar daripada sifat-sifat yang dikeji oleh Allah swt. Jiwa mereka pada masa ini telah pun mulai berkembang sifat-sifat tenang, lapang dadanya dan mereka telah pun dapat pengajaran ilmu ghaib melalui jalan Laduni, diperingkat Nur dan Tajalli daripada Tuhannya. Tetapi manusia diperingkat ini masih wujud lagi terkadang-kadang siat-sifat Mazmumah yang dikeji oleh Allah swt. Jiwa mereka kadang-kadang tenang dan ada masanya fikirannya gelabah, gelisah dan sebagainya. Pendek kata sifat-sifat Mazmumah itu masih lagi melanda jiwa mereka.

Zikir mereka di peringkat ini telah pun mulai melekat di hati dan bukan lagi melewa-lewa di lidah sahaja. Walaubagaimanapun tidak lah bermakna yang zikirnya di peringkat ini 100% telah tetap di hati mereka. Di samping itu pada tahap Mulhamah ini, isyarat larangan Lawamah tetap berkembang malah lebih membesar dan sesungguhnya pada peringkat zuk ini mereka telapun dapat menerima perasan zuk (mulhamah) dengan zikirnya dan dapat lah sedikit sebanyak menerima nikmat zikir yang diamalkan. Sesungguhnya tugas tersebut haruslah dilakukan bersungguh-sungguh dan lebih bekerja keras untuk meningkat martabat nafsu Mutmainah yang diakui syurga oleh Allah Taala.

Di dalam masa mereka menerima zuk di dalam zikirnya serta dapat pula mereka merasai nikmat zikirnya, maka seseorang itu diperingkat Mulhamah pula akan menerima satu lagi penyampaian ilmu ghaib melalui Laduni di peringkat Sir iaitu di mana seseorang itu akan dapat mendengar satu suara ghaib yang mengajar dirinya tentang ilmu ghaib melalui telinga batin.
Biasanya suara Ghaib itu adalah suara guru ghaib yang terdiri daripada wali-wali Allah yang Agong yang mengajar seseorang itu dengan terang dan jelas.


4. NAFSU MUTMAINAH

Setelah mencapai suatu martabat Mulhamah dan berjaya pula mengikut petua-petua gurunya serta dapat pula menerima zuk dan sir di samping hilang pula segala sifat mazmumah pada dirinya. Maka seseorang itu akan mendapat ketenangan, kelapangan jiwanya, hilang sifat-sifat resah gelisah hatinya.
Hatinya ketika itu mulai melekat rasa lamunan asih terhadap Allah swt dan mereka ini adalah dijamin 100% oleh Allah syurga, maka itu lah mereka yang telah berjaya mencapai ke martabat nafsu Mutmainah.

Seperti firman Allah di dalam Al-Quran :-

“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Alah itu tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati iaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat.”
(Surah Yunus – ayat 62 – 64)

Dan firman Allah Taala lagi :-

“Wahai orang yang bernafsu Mutmainah pulanglah ke pangkuan Tuhanmu dengan perasaan lapng dan kesenangan dan jadilah kamu hambaKu dan kekallah dirimu di dalam syurga.”
(Surah Al-Fajr – ayat 27-30)

Zikir mereka pada martabat ini telahpun melekat dihati dan terus bersama ingatan dengan Allah Taala pada setiap masa dan ketika. Dan pada peringkat ini mereka telahpun mendapat kalbun iaitu satu cahaya yang bergerak diantara atas dan bawah pada bahagian jantung yang bertindak sebagai dynamo untuk mengalirkan current ingatan kasih mesra, cinta rasa dengan Allah swt.

Pada peringkat martabat ini seseorang manusia itu bolehlah disifatkan telah mencapai martabat wali iaitu dinamakan oleh para ahli Tasauf sebagai Wali Kecil. Disamping telahpun mulai menerima Ilmu Ghaib (Laduni) melalui cara sirusir dan telahpun berjaya mendapat mata basir.

Pada peringkat nafsu Mutmainah ini juga, mereka telahpun dapat menerokai dengan pendengaran dan penglihatan mereka melalui telnga batin dan mata basir merekake alam barzah (alam kubur). Merea telahpun boleh melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana nasib suka duka seseorang itu yang telah meninggal dunia dan berada di alam barzah serta diberi peluang juga melawat ke alam lain (alam ghaib).

Pada peringkat ini, timbul lah sifat-sifat super yang tidak boleh dimiliki oleh orang-orang awam seperti keramat, mulut masin, berkat da sebagainya. Bagi mereka diperingkat ini sering dilamun perasaan pana akibat kuatnya gelora lamunan cinta terhadap Allah swt.


5. NAFSU RADIAH

Setelah mencapai martabat nafsu Mutmainah dan gigihnya pula melatih dirinya untuk makrifat dengan Allah swt., maka seseorang itu akan ditingkatkan lagi iaitu martabat nafsu Radiah.

Zikir mereka pada martabat ini tetap berada dihatinya dan ucapan zikirnya pula dihatinya semata-mata. Mereka tidak pernah leka, lalai dari ingatannya dengan Allah swt.
Mereka sering mengalami pana’ akibat kuatnya gelora lamunan cinta dirinya dengan Allah swt. Mulut mereka sering terlatah tentang sesuatu yang bertentangan pada pandangan zahir syaria, hidupnya terus terampungan bersama Allah swt.

Pada martabat ini jiwa mereka telahpun suci, hatinya bersih hening dan setiap apa yang dilakukan olehnya samaada dengan mulu, tingkah laku, semuanya mulaimendapat keredaan Allah swt. Adapun pana’ mereka diperinkat nafsu Radiah ini adalah dinamakan pana’ kalbi iaitu hatinya, nuraninya terus dilambung perasaan cinta terhadap Allah swt pada setiap saat di dalam masa hayatnya.

Mereka diperingkat ini sering di jemput oleh para Wali-Wali Allah yang agong untuk menjelajahi ke alam-alam ghaib yang lebih jauh keluar daripada pemikiran manusia di samping mereka terus di ajar tentang ilmu ghaib yang lebih tinggi dan teknologi ilmu Allah yang tinggi yang sudah tentu tidak boleh ditandingi oleh teknologi manusia.
Disamping itu mereka boleh membuat perhubungan terus dengan para rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-wali Alah yang agong dan mereka dapat berbincang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu ghaib dan tentang petua-petua makrifat dengan Allah swt.
Perhubungan mereka dibuat melalui Nur, Sir dan Sirusir di dalam masa mereka membuat sesuatu perhubungan dengan para rasul-rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-wali Allah ini mereka akan dapat menikmati satu kelazatan yang payah sekali untuk diterangkan disini dan ianya hanya boleh dirasai sendiri oleh mereka yang telah sampai ke martabatnya.


6. NAFSU MARDIAH.

Bagi mereka yang mencapai martabat nafsu Mardiah, jiwa mereka bakabillah iaitu hatinya, kalbunya dan jasadnya sekali mempunyai perasaan cinta yang amat sangat terhadap Allah swt. Jiwanya tenang, lapang tidak gelisah malahan seluruh jiwa raganya tertumpu kepada Allah semata-mata. Zikir mereka diperingkat ini tetap bersemadi di dalam kalbun dan tidak pernah pun lalai dan lupa kepada Allah, walaupun sesaat di dalam hidupnya.

Pada peringkat ini mereka telah pun dapat menerima tetamu-tetamu agong yang terdiri daripada rasul, nabi-nabi, para ariffinbillah, para sidiqqin dan para wali-wali Allah di samping mereka juga dapat menerima ilmu ghaib dan teknologi Allah melalui Laduni di peringkat TAWASSUL.
Disamping itu mereka juga telahpun berpeluang menjelajahi seluruh alam maya dan alam ghaib yang lan termasuk syurga, neraka, Arasy dan Kursi Alah swt. Sebagaimana jaminan Allah di dalam firmannya di dalam Al-Quran :-

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar (ke alam lain)”
(Surah Al-Talak – ayat 2)

Di dalam hal pemecahan wajah dirinya, sesorang diperingkat ini telah mendapat wajah di antara 7 wajah ke 8 wajah bergantung kepada badan masing-masing.


7. NAFSU KAMALIAH.

Adapun yang dimaksudkan dengan Kamaliah ini adalah keadaan telah berkamil atau bersebati kelakuan diri zahir dengan kelakuan diri batin pada kontek dirinya dengan Allah swt. di dalam hidupnya.

Pada martabat ini, apa saja kelakuan diantara diri batin dan jasad adalah sama dan tidak bercerai tanggal diantara satu dengan yang lain. Dimana setiap perlakuan yang dilahirkan oleh mereka di martabat ini direstui dan diredhai oleh Allah Taala secara spontan. Keadaan ini dinamakan Kata Jadi ( Kun Fayakun ). Pendek kata, barang kata barang jadi, mereka ini nak dikatakan sakit, amat sakit, kalau keramat amat keramat, kalau alim teramat alim dan mereka mempunyai segala kelebihan yang tidak boleh sekali diterokai oleh manusia awam.

Sesiapa saja yang tercapainya ke martabat nafsu ini (Kamaliah) mereka boleh berpeluang pula menerima ilmu syahadah iaitu Ilmu Allah yang paling tertinggi yang dapat melalui guru yang dinamakan guru batin.

Bagi mereka yang telah mencapai martabat nafsu Kamaliah, mereka hendaklah pula berusaha mengembalikan dirinya ke martabat nafsu orang mukmin iaitu nafsu Mutmainah. Mereka tidak harus tinggal lama di martabat nafsu Kamaliah. Mereka harus menjadikan diri mereka kembali kepada orang awam, bergaul berniaga, berpolitik dan menjadi khalifah di alam maya tetapi jiwa raganya tetap bersama Allah buat selama-lamanya sehingga darjat dirinya payh ditelah oleh orang ramai dan ini boleh disebut sebagi orang alim tidak alim, orang jahil tidak jahi. Pendek kata sifa manusia yang sempurna dan sederhana dimiliki oleh mereka di martabat ini dan mereka mulia di dunia dan akhirat.

Oleh itu wahai teman-teman dan anak-anak, tuntutilah Ilmu Tasauf sehingga tercapai martabat yang bapak coretkan ini, semoga kita bersama selmat di dunia dan akhirat.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...